Confession of Shopaholic
Oleh : Ike Yuliana
Zaman yang serba up to date, go public, dan gaya hidup yang kebarat-baratan membuat pola pikir manusia pun ikut untuk berubah. Dewasa ini, banyak ditemui manusia yang bersifat hedonism, yang mementingkan kesenangan semata. Kesenangan itu diraihnya dengan cara yang mudah, and just for fun.
Istilah “Hedon” dikalangan para wanita yang shopaholic semakin menjamur. Banyak wanita yang berbelanja hanya karena lapar mata atau untuk kesenangan diri sendiri. Belanja untuk mengikuti trend yang sedang up to date sudah menjadi anggaran khusus wanita setiap bulannya. Ini bukan penyakit, melainkan sudah mendarah daging di diri setiap wanita yang selalu ingin tampil cantik, fashionable dan membuat iri wanita lain (hello..i’m miss Prada.)
Industri fashion semakin berkembang, berbagai macam model pakaian, tas, sepatu sampai aksesoris pun tiap waktunya berubah mengikuti keinginan pasar. Para distributor saling berlomba untuk membuat kualitas barang-barang yang bermerek dengan adanya KW 1, KW 2, atau kualitas yang standar tetapi kondisi fisik mirip dengan aslinya. Hal ini semakin membuat wanita gila belanja dengan barang bermerek yang harganya terjangkau. Para wanita selalu terbelalak ketika melihat fashion yang sedang up to date, sedikit demi sedikit membentuk sifat hedonism nya berkembang juga.
Uang bisa dibelanjakan untuk barang yang lebih worthed, bukan untuk kesenangan saja, tetapi juga harus bermanfaat dan sesuai kebutuhan.
Ketika uang sudah keluar dari dompet, ATM atau credit card untuk dibelanjakan Stiletto dari Christian Louboutin, Tas model classic Chanel sampai Sunglasses dari Armani yang tentunya semua barang itu sangat menguras kantong. Confession of Shopaholic merupakan salah satu film yang dapat membuka tabir seorang yang gila belanja, gila merk, dan juga gila diskon. Film ini tentunya menyindir para shopaholic sekaligus bisa menyadarkan mereka bahwa kebahagiaan seorang wanita tidak dapat dibeli oleh barang-barang bermerek.
Shopping itu boleh-boleh saja, apalagi mengikuti trend up to toe yang bisa membuat diri kita merasa percaya diri. Masalahnya disini, sifat “Hedon” itu yang semakin berkembang di diri setiap wanita. Membeli barang untuk senang-senang, dan mungkin barang tersebut belum tentu bisa dipakai dalam jangka waktu yang panjang.
Misalnya beli jam tangan Casio data bank karena lucu warnanya emas. Hey.. stop to call it “lucu”. Sepertinya setiap barang yang dibeli, karena barang itu lucu, gantilah kata lucu dengan “useful”. Banyak juga contoh yang melihat style seleb, karena umunya seleb memiliki tas Hermes, lantas kita dengan jumawa ikut membelinya, padahal kita tidak butuh-butuh amat dengan tas yang harganya selangit itu. Come on girls belanjalah dengan kebutuhan yang kita butuhkan bukan untuk kebutuhan rasa bangga yang nyaris nyerempet untuk sombong
Biasakan membeli barang tanpa lapar mata dan kalap setiap melihat barang bagus. Kita wajib memilah-milah barang yang sesuai untuk diri sendiri, misalnya kulit kita tidak cocok memakai corak animal print tetapi karena ngetrend kita tetap membeli dress animal print, itu satu contoh hal kecilnya. Wake up! kamu tetap bisa terlihat up to date walau tidak memiliki dress animal print, kamu bisa membeli yang lain, misalnya tas nya yang bermotif animal print yang sedang trend itu. Janganlah membeli barang yang kita sukai tetapi tidak nyaman dan terlihat maksa bila dipakai.
Stop hedonism! Belanjalah dengan pintar, jangan tergiur merk yang berjuta-juta, tetapi carilah yang bermanfaat, bagus, dan cocok dengan pribadi kita. Sekali-kali boleh membeli yang bermerek, tetapi ingat, harus sesuai kebutuhan yang juga harus dipertimbangkan. Last word, Uang dibeli dengan keringat. (ike)
Artikel ini gw buat waktu gw mau masukin lamaran kerja ke salah satu Media Cetak, sebagai persyaratannya membuat artikel atau design layout di adobe Indesign... (gw memang pengen banget jadi graphic designer, tapi kenapa gw masukin resume artikel?? GOD! gw bener2 ga nyempetin diri buat serius untuk membuat layout dari Indesign.)
artikel gw bikin sore-sore menjelang magrib, benar2 dalam keadaan yang tidak tenang..beginilah hasilnya hhaa..*amatiran dan sangat remaja sekali bukan untuk wanita berumur 23 ke atas. dan gw pun memang kekeuh buat ngiriim lamaran ini, padahal gw tau dengan sadar klo mereka mencari karyawan berusia 25 sampai 35 tahun, gw yang berumur 21 tahun..tetep nekat gw kirim, demi rasa penasaran yang bergelora ini.
dan sampai saat ini, gw belum juga di email balik atau di telvon hhaaa...